“Katanya anggarannya sampai Rp500 juta. Weh gede ya. Kalau dibagi 49 peserta masih kebagian Rp10 jutaan. Bener ga sih,” celoteh teman di warung bakso krikil bunderan Kotabumi.
Aku yang masih menikmati mie ayam, hanya bisa ngunyah seraya senyum-senyum. Belum tahu arah bicara kawan ini kemana.
“Kok ngitung duit orang, Namanya angaran ya di mainkan anggar-anggar lah. Palaknya pakai helm, biar ga ketahuan, pedangnya lho lentur-lentur, biar bisa sabet sana sini, tapi ga luka,” timpal sahabat yang duduk tepat disampingku, sambil menikmati bakso kuah yang terlihat hitam kecap, sambalnya berapa sendok masuk ke mangkoknya.
Pedas, manis, agak asem saos, mungkin itu yang dirasakan sahabatku ini. Kayak orang tua siswa yang ikut paskibraka tingkat Kabupaten Lampung Utara. Meski harus belelang yang penting anaknya senang dan miliki prestasi, mereka tidak tahu ada anggaran negara atau tidak.
“Bukan masalah menghitung duit orang. Itu kan anggaran memang keperuntukannya untuk Paskibraka, ya salurkan, kalua mau nyimpangkan ya dikit-dikitlah, jangan banyak-banyak, nanti muntah,” seloroh kawan.
Oh, ini masalah paskibraka tho, baru ngecun aku. Weh, gede ya anggarannya. Itu kalau Cuma baju putih seragam pas hari H aja, satu orang Cuma berapa, makan selama di karantina apa ya nyampai Rp200 san juta. Ah ntahlah aku bingung.
“Kalau orang tua peserta aja sampai jual kambing, buat keperluan anaknya yang ikut Paskibraka. Alangkah neman Kesbangpol Lampura itu ya. Anggarannya kemana ya,” ujar sahabat, yang usai menikmati bakso pedas, masam, manisnya, sambil beberapa kali mengusap bibirnya yang memerah.
Kayak para bibirnya pejabat terkait, yang enak bener ngomong tinggal beberapa yang belum terealisasi. Hah, ini upacara 17 Agustus, udah usai om, kok belum terealisasi. Aduh ntah ya, bingung ane.
Alasan memang untuk makeup ga mungkin didanai, karena takutnya waktunya ga cukup. Lah emang di Kotabumi Cuma ada satu salon kecantikan apa ya.
“Kalau Cuma makeup aja aku bisa, aturan biar aku aja,” kata kawanku, sambil tertawa lebar.
Aku dan sahabatku yang mendengar seloroh kawan itu, matanya langsung tertuju ke dia, sambil tertawa juga.
Sudah ah, matahari dah mulai tenggelam diufuk barat. Gantian aku pergi duluan, ku biarkan kawan membayarnya, emang kebetulan lagi buntu. Karena kata sahabtaku ADV di pemda dan dewan ga ada di Lampura.
Jangankan anggaran ADV anggaran buat makeup aja di caplok. Salam Kopi Pait, aja ujarku.***